Jika Anda menyukai Artikel di blog ini, Silahkan
klik disini untuk berlangganan gratis via email, dengan begitu Anda akan mendapat kiriman artikel setiap ada artikel yang terbit di SYEKHERMANIA LASKAR PURWOREJO
SUNAN BONANG ( SYEKH MAULANA MAKDUM IBRAHIM )
Sunan Bonang adalah putra Sunan Ampel, dan merupakan keturunan ke-23 dari Nabi Muhammad. Ia adalah putra Sunan Ampel dengan Nyai Ageng Manila, putri adipati Tuban bernama Arya Teja. Sunan Bonang banyak berdakwah melalui kesenian untuk menarik penduduk Jawa agar memeluk agama Islam. Ia dikatakan sebagai penggubah suluk Wijil dan tembang Tombo Ati, yang masih sering dinyanyikan orang. Pembaharuannya pada gamelan Jawa ialah dengan memasukkan rebab dan bonang, yang sering dihubungkan dengan namanya. Universitas Leiden menyimpan sebuah karya sastra bahasa Jawa bernama Het Boek van Bonang atau Buku Bonang. Menurut G.W.J. Drewes, itu bukan karya Sunan Bonang namun mungkin saja mengandung ajarannya. Sunan Bonang diperkirakan wafat pada tahun 1525. Ia dimakamkan di daerah Tuban, Jawa Timur.SEJARAH SUNAN BONANG (SYEKH MAULANA MAKDUM IBRAHIM)
![]() |
SUNAN BONANG (SYEKH MAULANA MAKDUM IBRAHIM) |
Dari
berbagai sumber disebutkan bahwa Sunan Bonang itu nama aslinya adalah
Syekh Maulana Makdum Ibrahim. Putera Sunan Ampel dan Dewi Condrowati
yang sering disebut Nyai Ageng Manila.
Ada yang mengatakan Dewi Condrowati itu adalah puteri Prabu Kertabumi. Dengan demikian Raden Makdum adalah seorang Pangeran Majapahit karena ibunya adalah puteri Raja Majapahit dan ayahnya menantu Raja Majapahit.
Sebagai
seorang wali yang disegani dan dianggap Mufti atau pemimpin agama se
tanah jawa, tentu saja Sunan Ampel mempunyai ilmu yang sangat tinggi.
Sejak kecil Raden Makdum Ibrahim sudah diberi pelajaran agama Islam
secara tekun dan disiplin.
Sudah
bukan rahasia bahwa latihan atau riadha para wali itu lebih berat
daripada orang awam. Raden Makdum Ibrahim adalah calon wali yang besar,
maka Sunan Ampel sejak dini juga mempersiapkan sebaik mungkin.
Disebutkan
dari berbagai literatur bahwa Raden Makdum Ibrahim dan Raden Paku
sewaktu masih remaja meneruskan pelajaran agama Islam ke tanah seberang
yaitu negeri Pasai. Keduanya menambah pengetahuan kepada Syekh Awwalul
Islam atau ayah kandung dari Sunan Giri, juga belajar kepada para ulama
besar yang banyak menetap di Negeri Pasai. Seperti ulama tasawuf yang
berasal dari bagdad, Mesin, Arab dan Parsi atau Iran.
Sesudah
belajar di negeri Pasai Raden Makdum Ibrahim dan Raden Paku pulang ke
jawa. Raden paku kembali ke Gresik, mendirikan pesantren di Giri
sehingga terkenal sebagai Sunan Giri.
Raden Makdum Ibrahim diperintahkan Sunan Ampel untuk berdakwah di daerah Lasem, Rembang, Tuban dan daerah Sempadan Surabaya.
- Bijak dalam Berdakwah
Dalam
berdakwah Raden Makdum Ibrahim ini sering mempergunakan kesenian rakyat
untuk menarik simpati mereka, yaitu berupa seperangkat gamelan yang
disebut Bonang. Bonang adalah sejenis kuningan yang ditonjolkan dibagian
tengahnya. Bila benjolan itu dipukul dengan kayu lunak timbulah suara
yang merdu di telinga penduduk setempat.
Lebih-lebih bila Raden Makdum Ibrahim sendiri yang membunyikan alat
musik itu, beliau adalah seorang wali yang mempunyai cita rasa seni
yang tinggi, sehingga apabila beliau bunyikan pengaruhnya sangat hebat
bagi pendengarnya.
Setiap
Raden Makdum Ibrahim membunyikan Bonang pasti banyak penduduk yang
datang ingin mendengarnya. Dan tidak sedikit dari mereka yang ingin
belajar membunyikan Bonang sekaligus melagukan tembang-tembang ciptaan
Raden Makdum Ibrahim. Begitulah siasat Raden Makdum Ibrahim yang
dijalankan penuh kesabaran. Setelah rakyat berhasil direbut simpatinya
tinggal mengisikan saja ajaran agama Islam kepada mereka.
Tembang-tembang
yang diajarkan Raden Makdum Ibrahim adalah tembang yang berisikan
ajaran agama Islam. Sehingga tanpa terasa penduduk sudah mempelajari
agama Islam dengan senang hati, bukan dengan paksaan.
Murid-murid
Raden Makdum Ibrahim ini sangat banyak, baik yang berada di Tuban,
Pulau Bawean, Jepara, Surabaya maupun Madura. Karena beliau sering
mempergunakan Bonang dalam berdakwah maka masyarakat memberinya gelar
Sunan Bonang.
- Karya Satra
Beliau
juga menciptakan karya sastra yang disebut Suluk. Hingga sekarang karya
sastra Sunan Bonang itu dianggap sebagai karya sastra yang sangat
hebat, penuh keindahan dan makna kehidupan beragama. Suluk Sunan Bonang
disimpan rapi di perpustakaan Universitas Leiden, Belanda.
Suluk
berasal dari bahasa Arab “Salakattariiqa” artinya menempuh jalan
(tasawuf) atau tarikat. Ilmunya sering disebut Ilmu Suluk. Ajaran yang
biasanya disampaikan dengan sekar atau tembang disebut Suluk, sedangkan
bila diungkapkan secara biasa dalam bentuk prosa disebut wirid
- Kuburnya ada dua
Sunan Bonang sering berdakwah keliling hingga usia lanjut. Beliau meninggal dunia pada saat berdakwah di Pulau Bawean.
Berita
segera disebarkan ke seluruh tanah jawa. Para murid berdatangan dari
segala penjuru untuk berduka cita dan memberikan penghormatan yang
terakhir.
Murid-murid
yang berada di Pulau Bawean hendak memakamkan beliau di Pulau Bawean.
Tetapi murid yang berasal dari Madura dan Surabaya menginginkan jenasah
beliau dimakamkan di dekat ayahnya yaitu Sunan Ampel di Surabaya. Dalam
hal memberikan kain kafan pembungkus jenasah mereka pun tak mau kalah.
Jenasah yang sudah dibungkus dengan kain kafan milik orang bawean masih
ditambah lagi dengan kain kafan dari Surabaya.
Pada
malam harinya, orang-orang Madura dan Surabaya menggunakan ilmu sirep
untuk membikin ngantuk orang-orang Bawean dan Tuban. Lalu mengangkut
jenasah Sunan Bonang kedalam kapal dan hendak dibawa ke Surabaya. Karena
tindakannya tergesa-gesa kain kafan jenasah tertinggal satu.
Kapal
layar segera bergerak ke arah Surabaya, tetapi ketika berada diperairan
Tuban tiba-tiba kapal yang dipergunakan tidak bisa bergerak akhirnya
jenasah Sunan Bonang dimakamkan di Tuban yaitu sebelah barat Mesjid
Jami’ Tuban.
Sementara
kain kafannya yang ditinggal di Bawean ternyata juga ada jenasahnya.
Orang-orang Bawean pun menguburkannya dengan penuh khidmat.
Dengan
demikian ada dua jenasah Sunan Bonang, inilah karomah atau kelebihan
yang diberikan Allah kepada beliau. Dengan demikian tak ada permusuhan
diantara murid-muridnya.
Sunan
Bonang wafat pada tahun 1525 M. Makam yang dianggap asli adalah yang
berada dikota Tuban sehingga sampai sekarang makam itu banyak yang
diziarahi orang dari segala penjuru tanah air.
Ditulis Oleh : Den Bagoez Sigit Pamuji Ragile Kanjengdoso

Related Articles :
AL~KISAH
- Mukjizat-Mukjizat ALLAH SWT di Palestina
- KALAM ULAMA' |Syekh Yusri Rusydi
- Pelajarilah syamail (hal-hal yang terkandung pada diri)
- Keutamaan - Keutamaan Di Bulan Suci Ramadhan
- PESAN RASULLULAH SAW DI BULAN RAMADHAN
- Menyikapi Perbedaan Dalam Penentuan Awal Puasa Dan atau Hari Raya Idul Fitri
- Pemerintah Resmi Tetapkan 1 Ramadhan1435 H (29 Juni 2014) Ahad
- SIDANG ISBAT PENENTUAN AWAL ROMADHON 1435 H
- SOSOKNYA HAMPIR SAMA DENGAN SOSOK RASULULLAH SAW
- MENGUAK RAHASIA MUHAMMADIYAH
- PELAJARAN DARI KIAI MAHRUS, KIAI ALI MA’SHUM & SYAIKH HARIS AL MUHASIBI
- SEJARAH MASJID LIRBOYO
- SANTRI PERTAMA DAN PONDOK LAMA
- KISAH NABI ADAM AS
- KISAH NABI ISMAIL AS
- The Great Noah Ark (Perahu/Bahtera Nabi Nuh)
- Mukjizat Nabi Musa A.S
- Mukjizat Nabi Ibrahim A.S Dan Sejarah Nabi Ibrahim a.s.
- PERINGATAN HAUL AGUNG SUNAN AMPEL RADEN SAYYID AKHMAD RAHMATULLAH BIN IBRAHIM ASMOROQANDI KE-565
- SALAH SATU TANDA AKHIR ZAMAN
- WAFATNYA PARA ULAMA ADALAH MUSIBAH BAGI KAUM MUSLIMIN
- PEMBAHASAN SEKITAR MALAM NISFU SYABAN
- Kisah Hasan al-Bashri Melihat Orang Pacaran
- FAKTA MENGENAI SHOLAWAT
- Keutamaan Bulan Sya'ban
Tokoh Ulama
- Telah Berpulang ke Hadratillah Mawlana Syekh Nazim al-Haqqani
- KH. Ahmad Warson Munawwir Penyusun Kamus Arab-Indonesia Al Munawwir
- Biografi K.H Yusuf Khudlori (Gus Yus) Pengasuh P.P Tegalrejo Magelang
- SYAIKH HISYAM AL~KABBANI AR~RABBANI
- SUNAN GUNUNG JATI (SYARIF HIDAYATULLAH)
- SUNAN MURIA (RADEN UMAR SAID)
- SUNAN KALIJAGA
- SUNAN GIRI
- SUNAN KUDUS
- SUNAN DRAJAT ( RADEN QOSIM )
- SUNAN AMPEL ( RADEN RAHMAT )
- SUNAN GRESIK (SYEKH MAULANA MALIK IBRAHIM)
- AL~KISAH TENTANG WALISONGO
- Biografi KH Muhammad Kholil Bangkalan Madura
- Kyai Haji Hasyim Asyari
- KYAI HAJI WAHAB HASBULLAH
- Anwar Musaddad, Kiai yang Dosen
- KH Zaini Mun'im, Seorang Santri Mbah Hasyim
- Kyai Ali Maksum dan Dinamisasi Teks-teks Klasik
- KH Muslih Abdurrahman Mranggen
- KH Muntaha Al-Hafizh (Pecinta Al-Qur’an Sepanjang Hayat)
- Sayyid Ibrohim Bin Ali Ba’abud ( Habib yang menjadi Rais Syuriyah Wonosobo Pertama )
- MBAH KYAI NAHROWI DALHAR WATUCONGOL
- K.H.ABDULLAH SALAM
SUNAN BONANG %28 SYEKH MAULANA MAKDUM IBRAHIM %29