Headlines News :
  • AGENDA MAJELIS ROSULLULOH SAW

    AGENDA MAJELIS ROSULLULOH SAW

  • SYEKHERMANIA LASKAR PURWOREJO AHBAABUL MUSTHOFA

    SYEKHERMANIA LASKAR PURWOREJO AHBAABUL MUSTHOFA

  • SYEKHERMANIA LASKAR PURWOREJO PECINTA ROSULLULOH SAW

    SYEKHERMANIA LASKAR PURWOREJO PECINTA ROSULLULOH SAW

  • SYEKHERMANIA LASKAR PURWOREJO

    SYEKHERMANIA LASKAR PURWOREJO

  • AHBAABUL MUSTHOFA BERSHOLAWAT

    AHBAABUL MUSTHOFA BERSHOLAWAT

Home » AL~KISAH , Gema Santri » KISAH SANTRI SUKSES

KISAH SANTRI SUKSES

Thursday, 23 January 2014



Jika Anda menyukai Artikel di blog ini, Silahkan klik disini untuk berlangganan gratis via email, dengan begitu Anda akan mendapat kiriman artikel setiap ada artikel yang terbit di SYEKHERMANIA LASKAR PURWOREJO
syekhermania laskar purworejo
بِسْــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم

 KISAH SANTRI SUKSES


KISAH SANTRI SUKSES

"Ngooong. Doaarrr. Brakkk...," terdengar suara sangat keras di luar masjid al-Hikmah, di desaku saat aku menunaikan sholat isya berjamaah. Serentak, semua jamaah terlihat kaget. Begitu usai sholat, aku dan para jamaah yang lain berhamburan lari ke luar masjid mencari tahu asal suara keras tadi. Hampir semua para jamaah meninggalkan dzikir ba'da sholat yang biasanya diikutinya. Di dalam masjid tinggallah imam masjid, Kyai Ilyas sendirian. Sesampainya di luar, di lokasi sumber suara tadi, aku sangat terkejut.
"Astaghfirullah!!!!"
Sesosok lelaki berusia sekitar 17 tahun tergeletak penuh darah di jalan, di samping masjid. Bau menyengat minuman keras di lokasi, menutupi bau anyir darah yang keluar dari dalam tubuhnya. Di sekitar orang itu terdapat pecahan botol minuman keras. Lima meter ke timur dari orang tersebut, ada sepeda motor yang rusak parah. Sepertinya motor itu baru saja menabrak tiang listrik di sebelahnya, dengan kerasnya. Semua orang yang melihat, mengerubungi sesosok lelaki yang sedang terluka mengenaskan itu. Tidak lama kemudian, terdengar suara sirine ambulan. Setelahnya, semua orang pergi meninggalkan tempat kejadian. Sepi....
Aku bergegas pulang selepas melihat apa yang baru saja terjadi di luar masjid itu. Aku berlari menuju rumah yang tidak jauh dari masjid. Begitu sampai di rumah, aku langsung masuk ke kamarku. Peristiwa tersebut benar-benar mengganggu perasaanku. Perasaan ngeri mengusik malamku. Sampai waktu shubuh, aku belum bisa memejamkan mataku.
Mendengar adzan shubuh, sebagaimana biasanya, aku pergi ke masjid. Kebiasaan ini berlangsung semenjak kelas 1 SD, mengikuti ayahku yang rajin sholat berjamaah di masjid. Kini, aku sudah bisa menikmati dengan berangkat ke masjid sendiri, tanpa di dampingi ayahku yang telah meninggal dua tahun yang lalu.
Aku mengikuti sholat berjamaah dengan khusu'. Tubuhku merinding. Bulu kudukku berdiri saat aku mengerjakan sholat. Aku merasa, sholat kali ini tidak sebagaimana biasanya. Ada hawa yang membuatku kurang nyaman, kurang tenang. Suhu dingin pagi ini tidak kurasakan. Selepas sholat, aku justru merasa gelisah dan dahiku mengeluarkan keringat dingin. Aku pulang dari masjid seusai mengikuti dzikir ba'da sholat. Dalam perjalanan pulang menuju rumah, dari masjid terdengar pengumuman lewat speaker, apabila ada berita duka di RT-ku, ada seseorang yang meninggal dunia. Persisnya di rumah H. Mardzuki. Lagi-lagi aku gelisah. Pemberitahuan itu membuat diriku gemetar, mengingatkanku pada kejadian tadi malam.
Masih dalam selimut kegelisahan, tatkala matahari berada di posisi setinggi tombak, memasuki waktu dhuha, aku mendengar cerita dari rekan-rekanku apabila anaknya H. Mardzuki yang sedang duduk di kelas II SMA, si Anton, meninggal karena kecelakaan tadi malam dengan keadaan mabuk. Mendengar cerita tersebut, aku yang baru beberapa hari lalu menyelesaikan ujian nasional sekolah dasar, merasakan kekhawatiran pada diriku sendiri. Aku takut akan mengalami kejadian serupa, mati membawa murka Tuhan. Lirih hatiku mengucap,
"Allahumma inniy audzu bi kamil adza bilqobri wa min adza bin nari jahannam, wamin fitnatil mahya wal mamat....
Peristiwa kematian itu benar-benar membuatku sangat ketakutan. Kematian yang menurutku begitu mengenaskan dan membawa murka Tuhan. Aku kemudian menjauh dari teman-teman, menyendiri merenungkan kisah yang baru saja kudengar akan peristiwa tadi malam. Semakin dalam aku merenungkan semua itu justru perasaan takutku semakin kuat. Aku sebagaimana umumnya teman-teman seusiaku yang ada di desaku, belum mampu membaca Alquran dengan lancar. Di desaku, meskipun banyak yang rajin beribadah seperti sholat berjamaah, mengikuti pengajian, dan ritual keagamaannya yang lainnya, namun hampir semuanya belum mampu membaca Alquran dengan baik, termasuk guru ngajiku. Tentunya, terlebih lagi perihal wawasan keagamaan, sangatlah minim. Karena, kyai di desaku saja dalam melantunkan ayat-ayat suci Alquran kurang begitu memperhatikan tajwid dan makhorijul hurufnya.
Aku merenung cukup lama, hingga tanpa kusadari suara adzan dzuhur sudah berkumandang di mana-mana. Aku pun tersadar. Aku bergegas pulang guna persiapan berangkat ke masjid. Malam harinya, aku mencoba melanjutkan renunganku tadi pagi, dengan keadaanku yang baru saja menyelesaikan pendidikanku di sekolah dasar (SD). Setelah mempertimbangkan akan kenyataan di desaku dan peristiwa tadi malam, aku memutuskan agar melanjutkan sekolah menengah pertamanya di pesantren. Aku ingin sekolahku terus berlanjut sebagaimana masyarakat yang ada di sini, akan tetapi aku juga mengharapkan sekali untuk menguasai ilmu agama. Aku takut mengalami kematian seperti Mas Anton, anaknya H. Mardzuki tetanggaku itu.
Beberapa hari kemudian, aku pun menceritakan keinginanku ini pada ibuku. Beliau meneteskan air mata. Beliau terharu dengan alasan yang kusampaikan. Beliau mengusap kepalaku seraya mengangguk. Beliau mengizinkanku masuk ke pesantren. Seketika bibirku mengucap lirih,
"Alhamdulillah, Ya Allah!!!!"
Satu bulan menikmati masa liburku habis, aku bersama ibu pergi ke luar daerah, ke Jogjakarta. Aku bersama Ibu mencari-cari pesantren yang terdapat SMP-nya. Lalu, ibuku pun memutuskan memasukanku ke pesantren di Krapyak, Jogjakarta. Ibu mendaftarkaku di kantor pesantren tersebut. Setelah mengurusi pelbagai administrasi pesantren dan sekolahku, aku bersama ibuku di antar ke kamarku oleh seorang santri. Seharian Ibu menemaniku di pesantren. Sorenya Ibu pamit pulang. Ibu memeluk erat tubuhku seraya meneteskan air mata deras hingga menetes ke kepalaku. Ibu menciumi pipiku berkali-kali. Kini, Ibu harus tinggal sendirian di rumah, tiada yang menemani. Di pesantren, aku diajari ilmu agama, belajar bergaul dengan teman-teman dengan latar belakang dan suku yang berbeda-beda, dan belajar menghormati pemeluk agama yang lain sebagaimana mengikuti perintah Tuhan. Aku juga semakin tahu, bahwasanya agama menyuruh pemeluknya agar selalu menjaga kebersihan, kewajiban mencari ilmu, dan larangan bermalas-malasan.
Duabelas tahun di pesantren telah kulewati, dari SMP hingga perguruan tinggi jurusan kedokteran di UGM. Banyak keilmuan yang telah kuraih. Aku telah mampu menghafal Alquran, telah menguasai bahasa Arab dengan baik, telah banyak membaca kitab-kitab fikih dan ushulnya, hadis, tafsir, tasawuf, dan lainnya. Aku juga telah menguasai bahasa Inggris dan bahasa Prancis. Aku juga sangat bersyukur, aku telah meraih gelar kedokteran. Semua kudapatkan di pesantren yang menerapkan sistem belajar 24 jam. Aku sungguh sangat mensyukuri semua ini, melihat realitas teman-temanku saat di sekolah dasar yang hampir kesemuanya masih buta dengan pengetahuan agama, sehingga juga perlu dipertanyakan bagaimana perjalanan hidupnya. Semoga hidup dan matiku senantiasa dalam ridho-Nya.
"Ya, Allah!" Aku tersadar. Di depanku rupanya tergeletak seorang pemuda dengan keadaan yang mengenaskan, kecelakaan karena narkoba. Aku harus segera mengoperasinya....

Baca juga kisah tentang santri lainnya hanya disini..!!!

KISAH SANTRI SUKSES

Ditulis Oleh : Den Bagoez Sigit Pamuji Ragile Kanjengdoso

Sahabat sedang membaca artikel tentang KISAH SANTRI SUKSES. Oleh Admin, Sahabat diperbolehkan mengcopy paste atau menyebar-luaskan artikel ini, namun jangan lupa untuk meletakkan link dibawah ini sebagai sumbernya .

Den Bagoez Sigit Pamuji Ragile Kanjengdoso

 KISAH SANTRI SUKSES
By Unknown.
Published at : 23:51
Rating 5.0 ★★★★★© 87833 reviews. based on Microformats review aggregate



Terimakasih atas kunjungan Anda



Share and Like this article :

Related Articles :

Comments
0 Comments
Janganlah ragu berbuat baik dan jangan mengharap balasan,Pada akhirnya,buah perbuatan akan selalu mengikuti kita [Habib Syech Bin Abdul Qodir Assegaf] Den Bagoez Sigit Pamuji

Berkomentarlah Yang Baik Dan Sopan Tunjukan Bahwa Kita Pecinta Rasullulah SAW


ೋღ❤ღೋ WE ARE SYEKHERMANIA ೋღ❤ღೋ

Like This Njeh???

 
Support : Den Bagoez Ragile Kanjengdoso
Proudly powered by Blogger
Copyright © 2011. SYEKHERMANIA LASKAR PURWOREJO - All Rights Reserved
SYEKHERMANIA LASKAR PURWOREJO
Template Design by Creating Website Published by Den Bagoez Ragile Kanjengdoso