Jika Anda menyukai Artikel di blog ini, Silahkan
klik disini untuk berlangganan gratis via email, dengan begitu Anda akan mendapat kiriman artikel setiap ada artikel yang terbit di SYEKHERMANIA LASKAR PURWOREJO
MAKSUD HADITS “JANGAN MEMUJI AKU SECARA BERLEBIHAN”
MAKSUD HADITS: “JANGAN MEMUJI AKU SECARA BERLEBIHAN..”
oleh: Sayyid Muhammad bin alawi Al Maliki Rohimahullah
“Janganlah kalian melampaui batas dalam memujiku sebagaimana orang-orang nasrani memuji isa bin Maryam, sesungguhnya aku hanyalah hamba Nya (HR. Bukhari).”
Sebagian orang memahami sabda nabi Muhammad SAW sebagai larangan memuji Nabi Muhammad SAW. Mereka menganggap hal itu sebagai pujian berlebihan (al-ithra’) dan sikap berlebihan yang tercela (ghulluw madzmum) dalam agama yang dapat mengakibatkan kemusyrikan. Menurut mereka siapapun yang memuji Nabi Muhammad SAW dan mengangkatnya melebihi kebanyakan orang, menyanjungnya, dan menyifatinya dengan apa saja yang membedakannya dari yang lain, berarti ia telah melakukan bid’ah dan syirik dalam agama serta bertentangan dengan sunnah Sayyidina Muhammad SAW.
Pemahaman yang demikian adalah pemahaman yang keliru. Ketahuilah, orang yang berpendapat seperti itu tidak memiliki wawasan yang cukup. Sebab Nabi Muhammad SAW haanya melarang memujinya –secara berlebihan- sebagaimana yang dilakukan oleh Kaum Nasrani terhadap Nabi Isa a.s yang mengatakan bahwa “Nabi Isa adalah putra Allah”. Maksudnya, orang yang memuji Nabi –secara berlebihan- dan menyifatinya dengan sifat-sifat yang diberikan kaum nasrani terhadap Nabi Isa a.s sama saja dengan mereka.
Adapun orang yang memuji, bersholawat, dan menyifatinya dengan sifat-sifat yang manusiawi serta tidak mengeluarkannya dari sifat-sifat kemanusiaan dengan mengakuinya sebagai hamba Allah (abdullah) dan utusan Nya serta menjauhakan dari keyakinan seperti kaum nasrani maka ia adalah orang yang memiliki jiwa tauhid yang sempurna.
Dalam qosidah burdah, Al Imam Syarifuddin Abu Abdillah Muhammad Albushiri menyatakan “Biarkanlah apa yang diyakini kaum nasrani pada nabinya. Tetapkanlah sesukamu pujian yang layak bagi Nabimu dan teguhkanlah. Karena keutamaan Rasulullah SAW itu tidak terbatas, tak ada lisan yang mampu mengungkapnya. Satu hal yang pasti diketahui, ia adalah manusia ia adalah makhluk Allah yang paling utama dari semuanya.”
Bukankah Allah SWT Tuhan Yang Maha Agung lagi Maha Bijaksana pun telah memuji Nabi Muhammad melalui firman Nya dalam Q.S Al Qolam: 68 yang bunyinya: “Dan sesungguhnya engkau (Muhammad) benar-benar memiliki akhlaq yang agung”. Selain itu Allah juga memerintahkan kita umat manusia untuk senantiasa beradab dan mengikuti sopan santun bersama Nabi, baik dalam berbicara maupun dalam bertanya jawab. Allah SWT melarang kita memperlakukan Nabi sebagaimana memperlakukan manusia pada umumnya sebagaimana yang termaktub dalam firman Nya: “Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu meninggikan suaramu lebih dari suara nabi.” (QS. Alhujuraat: 2). Begitu pula dalam ayat lainnya Allah berfirman: “Janganlah kamu jadikan panggilan (terhadap) rasul diantara kamu seperti sebagian kamu memanggil yang lain.” (QS. Annur: 63).
Rasulullah SAW pun biasa dipuji dan disanjung oleh para sahabatnya yang mulia. Beliau tidak melarang mereka, apalagi menuduhnya berbuat syirik. Bahkan dalam beberapa riwayat beliau pernah memuji dirinya sendiri. Beliau bersabda: “Aku adalah manusia terbaik diantara ashaab yamiin kelompok yang beruntung. Aku adalah manusia terbaik diantara orang-orang yang menang dan beruntung. Dan aku adalah putra Adam yang paling bertaqwa dan paling mulia dihadapan Allah. Bukan sombong (HR. Imam Thabrani dan Al Baihaqi).
Disebutkan pula dari Sayyidah Aisyah r.a bahwa Jibril a.s pernah berkata: “aku membolak-balikkan bumi, timur dan baratnya, tetapi aku tidak menemukan seseorang yang lebih utama daripada Muhammad SAW dan aku tidak pernah melihat keturunan yang lebih utama daripada keturunan (Bani) Hasyim.” (HR. Al Baihawi, Abu Nu’aim dan At Thabrani).
Maka dari uraian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa memuji, menyanjung dan mensifati Nabi bukanlah suatu perkara syirik yang dapat membatalkan iman sesorang selama pujian itu tidak menyamakan Nabi dengan sifat-sifat ketuhanan atau pujian seperti kaum nasrani memuji Nabi Isa sebagai anak Tuhan. Sebagai umat islam kita harusnya merasa bangga dan selalu mengungkapkan rasa cinta kita karena kita menjadi umat dari Nabi yang paling utama. Wallahu a’lam.
Ditulis Oleh : Den Bagoez Sigit Pamuji Ragile Kanjengdoso
Sahabat sedang membaca artikel tentang MAKSUD HADITS: “JANGAN MEMUJI AKU SECARA BERLEBIHAN..”. Oleh Admin, Sahabat diperbolehkan mengcopy paste atau menyebar-luaskan artikel ini, namun jangan lupa untuk meletakkan link dibawah ini sebagai sumbernya .
Related Articles :